Semangat Pejuang LDR
Saturday, August 17, 2019
Add Comment
Aku lahir dan besar di Medan. Aku LDR-an selama 3 tahun
Medan-Jakarta. Awal aku kenal dia ketika aku SMA kelas XI dan dia
mahasiswa tingkat 3.
Di
akhir tahun 2011 buka Facebook kakak sepupu aku, lalu lihat kiriman
postingan foto-foto dia. Foto demi foto aku lihat, lalu terhenti oleh
satu foto dan iseng aku meng-add salah satu orang yg di tag pada foto
itu.
Lupa bagaimana mulanya, hingga kami jadi sering chatting by messanger dan bertukar nomor handphone hehehe
Aku: "aku sepupunya kak nanda bang" (sebut saja sepupuku bernama nanda)
Dia: "oh kak nanda, dia itu senior aku di tempat latihan karate"
(sepenggal isi sms yg masih aku ingat)
Aku dan dia tidak pernah bertemu sama sekali secara langsung, hanya video call 3 kali. Lebih sering sms-an, chatting, makin dekat dan pacaran. Tembak-menembak lewat sms dong hehehe
Tahun pertama dan kedua terlewati, kami pacaran jarak jauh, tanpa pernah bertemu fisik secara langsung. Hingga akhirnya dia masuk tingkat akhir di perkuliahannya, dia akan melakukan KKN (Kuliah Kerja Nyata). Dan suatu mukjizat bagi hubungan kami tanpa direncanakan oleh dia tapi direncanakan oleh Tuhan. Lokasi KKN dia ialah di kota ku, Medan. Ini kesempatan yang sangat besar buat kami untuk bertemu. hehehe
Bulan Agustus 2013, waktu yang di tunggu tiba. Kami berdua berada di kota yang sama. Kami janjian untuk ketemu pertama kali. aku mengendarai motor ke jalan sekitaran kos dia. Dan berhenti dan parkir di depan Indomaret hehehe
Aku: "aku udah sampai ni, di Indomaret. Depan gang kosan kau"
Dia: "bentar aku ganti baju"
Aku:"aku pake baju merah ya, kau pake baju apa?"
Dia:"aku pake baju biru"
Deg-deg dong ya, belum pernah ketemu dan sekarang mau ketemu. Aku mandangin jalan, perhatiin setiap orang yang pake baju biru.
Aku: "eh itu baju biru, ya Allah ternyata tukang galon air. Eh itu biru, haelah bocah"
Dan….. dia pun sampai di depan aku, senyum sok cantik eh cakep, kemeja biru hehehe. Kami pergi makan ke tempat makan legendaris di Medan, Tip Top Restaurant.
Aku masih inget banget, dia KKN hanya 1 bulan 19 hari di Medan. Dan kami ketemu ga tiap hari. aku kuliah dan dia kerja. Ketemu bisa dihitung pake jari tangan dan kaki deh. Gak lebih dari 20 kali.
Hingga akhirnya sampai di akhir masa KKN, dia harus pulang ke Jakarta. Namun, ada momen yang ga akan terlupa. H-1 sebelum dia pulang ke Jakarta, sore harinya dia ke rumah aku dengan motor nya. Kondisinya hujan sangat deras, dan listrik mati. Dia ingin berpamitan dengan aku dan keluarga. Lalu…
Dia: "tok tok tok, assalamu'alaikum"
Aku: "waalaikum salam, lah kau kenapa ??? (kerah jaket di leher robek, tangan kiri berdarah, motor dan helm lecet)"
Dia: "aku jatuh di terminal Amplas"
Lalu dia duduk depan TV dan menceritakan detail kronologisnya. Ibu aku pegang senter, bapak aku pegang air hangat campur garam dan handuk kecil untuk kompres luka dia. Aku hanya memandangi mereka bertiga. aku sedih, terharu, bahagia, campur jadi satu. Kondisinya sudah larut malam, dan dia pun bermalam di rumah kakek aku.
Keesokan
pagi nya, berpamitan. Dia peluk bapak aku, dia salam ibu ku, dan aku
salam tangan dia. ibu bapak aku, matanya berkaca kaca lihat dia mau
balik ke Jakarta. Aku berkaca-kaca melihat semua momen di depan mata
aku.
Lalu, selesai KKN lanjut tahap skripsi dan wisuda. ini titik terberat kami berdua.
Aku ga bisa hadir di acara wisuda dia, karena kondisi aku masih mahasiswa, aku tidak sebucin anak jaman sekarang yang pakai uang orang tua untuk urusan pribadi.
Aku ngerasa dia kecewa, di saat teman temannya lengkap di hadiri keluarga dan pasangannya. Aku ngerasa dia akan menyerah.
Dan suatu ketika setelah hari hari wisuda terlewati…
Dia: "aku mau kita break"
Aku:"iya bg, jujur aku masih ingin berjuang. Kita jalan pakai dua kaki, kalau hanya satu, pincang, sulit untuk jalan. Aku ga mungkin berjuang sendirian."
Dia:"aku capek"
Aku:"oke. sayang ga harus memiliki kan? melihat orang kita sayang itu bahagia, itu tandanya sayang kan?"
Dia:"maaf ya, makasi buat segala nya selama ini"
Aku:"sama sama bg, aku juga gitu".
Kami pisah baik-baik. Bahkan kami berjanji harus kenalin pacar baru, siapapun itu yang duluan move on. Emang dasar laki laki, dialah yang duluan move on hehehe
Sampai tulisan ini di buat aku dan dia masih berhubungan baik.
Jarak mengajarkanku untuk bertaruh dengan jarak dan waktu. Tapi tidak dengan sepihak, harus berdua. Karena sepihak itu pincang, ibarat berjalan dengan satu kaki. Karena sepihak itu sempit melihat, ibarat mata kita tutup satu. Karena sepihak itu capek, ibarat hanya satu tangan yang bisa digunakan.
Jarak mengajarkanku untuk sabar yang tanpa batas. Jika punya satu visi misi yang sama, maka sabar itu tanpa batas.
Semangat buat pejuang LDR!
Lupa bagaimana mulanya, hingga kami jadi sering chatting by messanger dan bertukar nomor handphone hehehe
Aku: "aku sepupunya kak nanda bang" (sebut saja sepupuku bernama nanda)
Dia: "oh kak nanda, dia itu senior aku di tempat latihan karate"
(sepenggal isi sms yg masih aku ingat)
Aku dan dia tidak pernah bertemu sama sekali secara langsung, hanya video call 3 kali. Lebih sering sms-an, chatting, makin dekat dan pacaran. Tembak-menembak lewat sms dong hehehe
Tahun pertama dan kedua terlewati, kami pacaran jarak jauh, tanpa pernah bertemu fisik secara langsung. Hingga akhirnya dia masuk tingkat akhir di perkuliahannya, dia akan melakukan KKN (Kuliah Kerja Nyata). Dan suatu mukjizat bagi hubungan kami tanpa direncanakan oleh dia tapi direncanakan oleh Tuhan. Lokasi KKN dia ialah di kota ku, Medan. Ini kesempatan yang sangat besar buat kami untuk bertemu. hehehe
Bulan Agustus 2013, waktu yang di tunggu tiba. Kami berdua berada di kota yang sama. Kami janjian untuk ketemu pertama kali. aku mengendarai motor ke jalan sekitaran kos dia. Dan berhenti dan parkir di depan Indomaret hehehe
Aku: "aku udah sampai ni, di Indomaret. Depan gang kosan kau"
Dia: "bentar aku ganti baju"
Aku:"aku pake baju merah ya, kau pake baju apa?"
Dia:"aku pake baju biru"
Deg-deg dong ya, belum pernah ketemu dan sekarang mau ketemu. Aku mandangin jalan, perhatiin setiap orang yang pake baju biru.
Aku: "eh itu baju biru, ya Allah ternyata tukang galon air. Eh itu biru, haelah bocah"
Dan….. dia pun sampai di depan aku, senyum sok cantik eh cakep, kemeja biru hehehe. Kami pergi makan ke tempat makan legendaris di Medan, Tip Top Restaurant.
Aku masih inget banget, dia KKN hanya 1 bulan 19 hari di Medan. Dan kami ketemu ga tiap hari. aku kuliah dan dia kerja. Ketemu bisa dihitung pake jari tangan dan kaki deh. Gak lebih dari 20 kali.
Hingga akhirnya sampai di akhir masa KKN, dia harus pulang ke Jakarta. Namun, ada momen yang ga akan terlupa. H-1 sebelum dia pulang ke Jakarta, sore harinya dia ke rumah aku dengan motor nya. Kondisinya hujan sangat deras, dan listrik mati. Dia ingin berpamitan dengan aku dan keluarga. Lalu…
Dia: "tok tok tok, assalamu'alaikum"
Aku: "waalaikum salam, lah kau kenapa ??? (kerah jaket di leher robek, tangan kiri berdarah, motor dan helm lecet)"
Dia: "aku jatuh di terminal Amplas"
Lalu dia duduk depan TV dan menceritakan detail kronologisnya. Ibu aku pegang senter, bapak aku pegang air hangat campur garam dan handuk kecil untuk kompres luka dia. Aku hanya memandangi mereka bertiga. aku sedih, terharu, bahagia, campur jadi satu. Kondisinya sudah larut malam, dan dia pun bermalam di rumah kakek aku.
Lalu, selesai KKN lanjut tahap skripsi dan wisuda. ini titik terberat kami berdua.
Aku ga bisa hadir di acara wisuda dia, karena kondisi aku masih mahasiswa, aku tidak sebucin anak jaman sekarang yang pakai uang orang tua untuk urusan pribadi.
Aku ngerasa dia kecewa, di saat teman temannya lengkap di hadiri keluarga dan pasangannya. Aku ngerasa dia akan menyerah.
Dan suatu ketika setelah hari hari wisuda terlewati…
Dia: "aku mau kita break"
Aku:"iya bg, jujur aku masih ingin berjuang. Kita jalan pakai dua kaki, kalau hanya satu, pincang, sulit untuk jalan. Aku ga mungkin berjuang sendirian."
Dia:"aku capek"
Aku:"oke. sayang ga harus memiliki kan? melihat orang kita sayang itu bahagia, itu tandanya sayang kan?"
Dia:"maaf ya, makasi buat segala nya selama ini"
Aku:"sama sama bg, aku juga gitu".
Kami pisah baik-baik. Bahkan kami berjanji harus kenalin pacar baru, siapapun itu yang duluan move on. Emang dasar laki laki, dialah yang duluan move on hehehe
Sampai tulisan ini di buat aku dan dia masih berhubungan baik.
Jarak mengajarkanku untuk bertaruh dengan jarak dan waktu. Tapi tidak dengan sepihak, harus berdua. Karena sepihak itu pincang, ibarat berjalan dengan satu kaki. Karena sepihak itu sempit melihat, ibarat mata kita tutup satu. Karena sepihak itu capek, ibarat hanya satu tangan yang bisa digunakan.
Jarak mengajarkanku untuk sabar yang tanpa batas. Jika punya satu visi misi yang sama, maka sabar itu tanpa batas.
Semangat buat pejuang LDR!
0 Response to "Semangat Pejuang LDR"
Post a Comment